facebook google twitter instagram
  • Home
  • Penulis
    • Siapa Noniq?
    • Tentang Blog Noniq
    • F.A.Q.
    • Disclaimer
  • Kerjasama
    • Review Produk
    • Liputan Acara
    • Penulisan Konten
  • Achievement

NONIQ | A Review Blog


Pasangan mana sih yang ngga pengen langsung honeymoon setelah melangsungkan pernikahan? Kayaknya hampir semuanya mau donk. Sayangnya, hal itu tidak berlaku bagi saya dan suami alami beberapa waktu lalu (ciyeeh yang newly-wed!). Realita menuntut kami untuk harus menunggu sekitar 1,5 bulan baru bisa liburan berdua. Apalagi alasannya kalau bukan karena jadwal kerja yang tidak bersahabat.

Bahkan, malam setelah melangsungkan pernikahan, saya dan suami tidak otomatis tidur nyenyak di hotel. Boro-boro ada adegan romantis bak di film-film drama Korea, wong saudara dan keponakan saya maksa ingin ikut bermalam di hotel yang sama, sehingga sepanjang malam kami hanya sibuk ngobrol hingga kelelahan. Paginya, saya lanjut menemani keponakan berenang (baca: ngasuh). Dan, setelah check out, saya dan suami langsung lanjut ke kantor (masing-masing) untuk bekerja! Tjakeep!

Mengatur jadwal untuk bulan madu ala-ala ini memang rada susah, bahkan rasanya tanpa dikunyah kami sudah hapal tanggalan setahun demi mendapat waktu yang klop. Makanya, ketika kami menemukan waktu yang pas, kami tidak tunggu lama, langsung tancap gas.



Memangnya kami liburan kemana sih? Setelah menyesuaikan dengan waktu, budget, dan transportasi, pilihan kami jatuh pada tidak lain dan tidak bukan; Pangandaran. Salah satu pantai andalan Jawa Barat yang selalu jadi langganan lautan manusia kalau musim liburan. Well, ironisnya, sebagai wargi Bandung, acara bulan madu ini berarti kali kedua saya ke Pantai Pangandaran (yang pertama adalah dulu banget pas masih pacaran, hahaha).

Karena terbatasnya waktu liburan (baca: cuti yang didapat), kami memutuskan untuk menjadikan acara bulan madu ini sebagai sarana self-healing vacation; setelah lelah mengurus persiapan dan kelangsungan pernikahan (berhubung semuanya kami urus sendiri tanpa event organizer apapun, hehehe).

PERJALANAN



Saya dan suami merupakan penggemar pantai, biasanya kalau kami melakukan wisata pantai, pastilah kami mengisi waktu dengan olahraga aktif semacam body rafting, menjelajahi segala macam pantai, snorkeling, terus ngider dari matahari terbit sampai terbenam. Nah, kali ini kami rencananya mau relaksasi aja, kayak pasangan pacaran yang lagi kasmaran di film-film, bedanya uda sah. Hihihi.

Masih setia menggunakan motor, perjalanan dari Bandung menuju penginapan kami di Pangandaran membutuhkan waktu sekitar 6 jam. Sebenarnya bisa lebih cepat, namun berhubung kali ini liburan santai, kami sepakat untuk tidak ngoyo di jalan. Sesekali berhenti menatap pemandangan, ataupun menghirup udara segar sambil menyeruput kopi hitam di warung pinggir jalan.

Tadinya saya sempat berencana membawa rice cooker dan panggangan ikan, biar serasa piknik, tapi berhubung saya hanya pergi berdua dengan suami, daripada repot (misal masak kebanyakan berujung banyak makanan sisa, sibuk menata bawaan di motor, dan sebagainya), kami mengurungkan niat tersebut.

Kami berangkat pukul 15.00 sore dari Bandung dan tiba di penginapan pukul 21.00, wuih debur ombak malam hari langsung menyapa kami dan menjadi musik penghantar tidur kami selama beberapa hari ke depan. Beruntung, waktu yang kami pilih untuk bulan madu bukan musim liburan ataupun tanggal merah, jadi sehari-harinya suasana pantai cukup sepi, adem, tenang, ditambah angin sepoi-sepoi bikin hati tenang, apalagi ditemani suami, #cuitcuit.

 BACA JUGA | Liburan ke Pantai Sawarna, Bayah, Rute Bandung

ROMANSA PANGANDARAN 
DARI SUNRISE HINGGA SUNSET

Berhubung saya tipe orang introvert, yang menyukai alam dan ketenangan, saya puas banget mengunjungi pantai Pangandaran kali itu, this is the real meaning of having fun at the beach.

PAGI-PAGI





Bulan itu, setiap pagi cuaca mendung di Pangandaran, sehingga udara agak dingin. Namun selama kami berada di sana hujan tidak ada turun, bahkan setitik gerimispun. Pagi-pagi kami naik motor menuju pantai untuk menyaksikan pemandangan nelayan yang baru pulang dari melaut. Iya, naik motor, karena penginapan kami lumayan cukup jauh dari pantai, hal itu dikarenakan semuanya yang serba mendadak sampai kelupaan untuk booking hotel, coba kalau saya lagi ngga ribet sana-sini, pasti saya sudah merencanakan untuk memesan penginapan di salah satu OYO Hotels Indonesia yang lokasinya lebih dekat ke pantai.

Sampainya di pantai, kami segera terkagum-kagum dengan pemandangan kapal-kapal nelayan di mulut pantai, warga sekitar bergotong-royong menarik jala yang penuh ikan (yang juga dipenuhi ubur-ubur yang ternyata tidak berwarna pink seperti di film kartun!).


Ubur-uburnya banyak banget sampai akhirnya dibuangin, sedih ya, padahal kalau ada Spongebob bakal ditangkepin satu-satu.


Ketika jala sudah sepenuhnya ditarik, barulah pasar ikan dadakan dibuka. Saya dan banyak pengunjung pantai segera berbondong-bondong melihat gelaran ikan fresh from the sea. Jika beruntung, bisa mendapat aneka hewan laut segar dengan harga menggiurkan. Masak dimana? Tidak perlu khawatir, banyak kok tukang bakar ikan dadakan di sepanjang pantai.

Sarapan pagi ikan bakar di pinggir pantai? Asli wenak tenan.

SIANG-SIANG



Di tengah terik matahari yang menyengat, saya lebih memilih minum air kelapa yang segar sambil menyaksikan anak-anak kecil Pangandaran main petasan, dar-der-dor. Dan lagi donk, makan siangnya ikan bakar sambel terasi dengan nasi panas, bisa nambah berpiring-piring sampai pipi chubby. Sayangnya kamar Hotel di Pangandaran yang kami tempati tidak ada ACnya, jadi kami tidak bisa melengkapi siang kami dengan ngadem mager di kamar hotel, hiks, hiks. Tapi kan, ya, namanya liburan, hus-hus, harus jauh-jauh dari mengeluh donk.

SORE-SORE



Senja datang, paling asyik ya mantai, jalan-jalan main di pantai, berenang-renang membiarkan diri digoda ombak laut sampai kaki tertutup pasir. Dijamin sensasinya bikin lupa dengan urusan deadline kerjaan bahkan segala macam utang, hahaha.

MALAM-MALAM



Setelah another seafood dinner; udang saus tiram, ikan kerapu saus padang, kepiting asam manis, dan cah kangkung, ditutup segelas teh panas - saya dan suami melenggang, melihat-lihat pasar malam Pangandaran. Unik juga, walaupun barang-barangnya kemungkinan impor (hehe) dari Bandung (semacam baju, sepatu, dan tas gitu), tapi jajanannya cukup enak; martabak manis, sosis bakar mayonaise, hingga es putar - dan perut saya membludak.

catatan: saya memang penggemar seafood, tapi kalau teman-temin ngga seberapa doyan, di Pangandaran juga tersedia restoran cepat saji, rumah makan masakan Padang, apalagi kalau cuma ayam geprek, ada kok, jadi jangan khawatir bakal harus terpaksa makan ikan terus selama di Pangandaran, hehe.

Memang, urusan penginapan selama kami bulan madu kemarin memang bikin greget, karena kami baru mencari hotel setibanya kami di Pangandaran. Jadi, baru sekarang saya merasakan bagaimana ngangeninnya Pangandaran, hayang kaditu deui.

BACA JUGA | Menyusuri Pantai Palangpang, Curug Cimarinjung, dan Puncak Darma

Rencananya kalau ada waktu lagi, tahun depan saya mau lagi donk ke Pangandaran, apalagi dengar-dengar Gubernur Ridwan Kamil sedang melakukan pembenahan besar-besaran di Pangandaran dalam rangka menyambut tahun baru 2020. Beliau menjanjikan suasana baru menjelang liburan tahun baru di pertengahan Desember 2019 nanti.

Duh. Jadi ngga sabar. Apalagi baru tadi malam saya dan suami menyadari bahwa persediaan ikan asin kami yang langsung dibawa dari Pangandaran hampir habis!

"Beb, saatnya refill ikan asin, nih, kapan donk ke Pangandaran lagi?"
"Iya, kalau penginapannya lagi murah," jawabnya.

Iya juga, yah, saya membayangkan plesir ke Pangandaran pas musim liburan, wuidih harga hotel dan penginapan sudah pasti ngelunjak semua. 

Etapi, kalau dapat voucher 70% dari OYO Hotels Indonesia buat nginep di Pangandaran mau kan?!

Mau banget!

CATATAN (JUGA HARAPAN) UNTUK MASA DEPAN...



Rencananya kalau saya ke Pangandaran lagi, inginnya ramai-ramai bareng keluarga biar bisa merasakan piknik bakar-bakar ikan biar lebih afdol all you can eat-nya. Apalagi ditambah sambal buatan suami yang sekarang jadi sambal favorit saya!

Jika ada kesempatan lagi, kunjungan saya yang berikutnya ke Pangandaran bakal lebih detail lagi (baca: lebih banyak motret) dalam menjelajahi daerah yang lain seperti Batu Karas, Parigi, Pananjung, apalagi Green Canyon – yaelah saya belum pernah ke sana. Dulu, pas pertama kali ke Pangandaran saya langsung main body rafting di Citumang sampai badan pegal-pegal jadi sudah capek duluan untuk kegiatan yang lain, #dasarlemah.

BACA JUGA | Pengalaman Rafting di Citumang, Pangandaran

Ya, kebetulan OYO Hotels – oiya, buat yang belum tau, apa sih OYO? Kata tersebut awalnya merupakan singkatan dari On Your Own diikuti kata Rooms, jadi OYO Rooms – serasa di kamar sendiri. Oyo Hotels merupakan startup jaringan hotel asal India milik Ritesh Agarwal (founder dan CEO) yang berdiri sejak 2013. Mengadopsi konsep manchise (manajemen dan franchise),  sejak 2018 jaringan OYO sudah hadir di 121 kota dan kabupaten di Indonesia.


Nah, balik lagi, jadi OYO Hotels sudah ada di Pangandaran, pantes dulu pas 2016 saya pertama kali ke Pangandaran, belum ada OYO Hotels. Memangnya apa sih kelebihannya? OYO Hotels menawarkan pilihan penginapan dengan harga mulai dari Rp. 150.000. Ada tiga kategori penginapan yang bisa dipilih: OYO Rooms, Premium, dan Capital O (yang terakhir harganya bisa jutaan).

Mudah kok untuk merasakan pengalaman menginap di OYO Hotels, teman-temin tinggal unduh aplikasinya yang tersedia untuk Android ataupun iOS. Tinggal daftar menggunakan data yang sesuai, lalu pilih deh penginapan di area mana yang ingin teman-temin cari.

Menginap di OYO Hotels sudah pasti kamarnya terjamin bersih (baik kamar tidur dan kamar mandi), dilengkapi dengan layanan WIFI, AC, TV, juga perlengkapan kamar mandi. Saat ini OYO Hotels di Pangandaran sudah tersedia di sekitaran area Pantai Barat, dekat Cagar Alam, Pananjung, dekat Green Canyon, area Pantai Batukaras. Yakin, kunjungan berikutnya ke Pangandaran bisa ngadem pake AC, hahaha.

Bukan hanya menjelajahi pantai dan aktivitas olahraga airnya. Saya juga ingin berbisnis ah, lumayan bawa udang Pangandaran untuk dijual di Bandung. Kan udang serta lobster Pangandaran guede, enak dan gurih. Lumayan, satu kilo berisi 12-13 ekor udang, harganya bisa dijual 200.000 per kilo (lho kok jadi jualan?). Iyahkan, sekarang udang di Bandung (itupun kecil-kecil dan berat di cangkang daripada dagingnya) harganya sudah mencapai 250-300 ribu.

Belum lagi ikan asinnya, bisa deh ngeborong berapa puluh kilo gitu untuk stok keluarga besar. Kebetulan kemarin ketika bersama suami, saya mendapat tempat yang menjual ikan asin enak di Pangandaran, rasa gurihnya mantep dan daging ikan asinnya tebal juga renyah, dimakan pakai nasi hangat dan sambal sudah bikin nafsu makan membara.

Baru nyadar sekarang, selalu ada kisah dari Pangandaran yang bikin pengunjungnya jadi ingin balik lagi dan balik lagi, hahaha.



Jadi, kapan kita mantai lagi?




Friday, December 06, 2019 No comments
Pantai Amed. Sumber: anythingbali
Memasuki musim liburan nih, apakah teman-temin sudah punya rencana mau plesir kemana? Well, saya sendiri sudah menyiapkan sederetan bucket list untuk dikunjungi. Salah satu pulau favorit saya, tentu saja Bali.

Kalau dulu saya masih tinggal di Malang, liburan ke Bali itu suerring banget karena memang cukup dekat, kalau sekarang saya di Bandung - susah sekali mencari waktu yang pas untuk menjelajahi pantai-pantai di Bali! Apalagi setelah dewasa ini sudah banyak pantai komersial di Bali, tidak lagi sebatas Sanur, Kuta, dan Nusa Dua saja, lho! Ternyata masih banyak lagi pantai yang lebih unik dan cantik yang bisa dijadikan obyek wisata ketika sedang berada di Bali.
Thursday, November 07, 2019 6 comments

Hai teman-temin, belakangan ini saya disibukkan dengan perihal renovasi rumah - ceileee, yang akhirnya bisa punya cicil rumah! Rasanya segala macam paham idealis dalam diri yang sudah lama terpendam seakan meluap ingin direalisasikan demi tercipta hunian idaman #lebay. Yah, namanya baru pertama kali punya rumah - kan selama ini saya nebeng orang tua, yak, mau ganti wallpaper kamar aja kudu diskusi. Nah, usai proses renovasi, saat ini saya dan paksu mencapai tahap yang paling ngeri-ngeri sedap: ngisi perabot dan pindahan.

Alias, mengencangkan ikat pinggang demi belanja perabot dan home appliances.

Memiliki rumah mungil membuat saya dan paksu harus benar-benar mempertimbangkan perabot yang akan masuk; ukuran, warna, fungsi, daya tahan, dan tidak lupa: harganya. Rasanya baru kali ini, saya melihat katalog furniture seakan lagi lihat display lipstik, memandang jajaran sofa bagaikan deretan baju yang lagi diskon, menatap rangkaian peralatan makan bagai koleksi skincare. Nafsu! Pada akhirnya, obviously tidak semua perabot bisa masuk ke tempat kami.

Belum lagi masalah home appliances; mesin cuci misalnya, berhubung saya sebelum nikah nebeng sama orang tua, baru sekarang saya merasakan galaunya memilih mesin cuci twin tub, top loading atau front loading. Belum selesai di sana, saya juga dipusingkan sama pelbagai brand kulkas, atau pilihan kompor: mau kompor konvensional atau kompor tanam.

Namun di antara semuanya, yang sempat bikin saya pusing tujuh keliling adalah: gimana bawa semua barang itu ke rumah? For your information, lokasi rumah saya ini juaauhh banget dari rumah orang tua (baik ortu saya dan suami), sedangkan semua barang sudah ditumpuk dulu di rumah ortu, maksudnya biar sekali jalan. Sempat bingung karena ngga tau gimana nyari sewa-an mobil box (biasanya kendalanya ya di biaya, sih, pengennya yang murah gitu!).

Nah, obrol punya obrol, suamipun merekomendasikan pakai mobil box dari GoBox saja dari aplikasi Gojek. Tadinya saya kira GoBox hanya punya pickup bak, eh ternyata pas saya cek lagi, sekarang sudah ada engkel bak sampai engkel box! Dasar saya yang memang jarang pakai aplikasi GoBox, lah saya beneran baru tau. Ternyata pasti ada jalan kalau pakai aplikasi Gojek !


Dulu saya memang pernah pakai GoBox tapi hanya pakai pickup bak doank, karena hanya untuk pindahin satu lemari kecil. Kalau sekarang saya butuh yang rada gede, biar ga bolak-balik; kan mau angkut tempat tidur, lemari, kulkas, bla-bla, banyak. Jadilah saya merasa kagum sendiri, pindahan tidak pernah semudah ini!



Untuk biaya, kalau kata saya sih relatif murah. Menembuh jarak sekitar 14,5 km, biaya untuk sekali jalan engkel bak sekitar Rp 365.000, dan kalau kita menambah opsi tenaga bantu (untuk angkut-angkut), kita hanya perlu tambah Rp. 75.000. Ya ampun, ternyata pindahan ngga semahal yang saya bayangkan!


Sebelumnya saya anggap pindahan tuh bisa sampai berjuta-juta, ya, ternyata cukup affordable, dasar sayanya aja yang kurang pengalaman.

Selama ini memang tiap kali menggunakan gojek, saya memang terfokus pada GoRide, GoCar, GoFood, GoSend, GoBills, GoTiX, GoMart, dan GoClean… Eh, parah, kok banyak ya?! Hahaha baru sadar kalau selama ini saya ngga bisa lepas dari aplikasi Gojek. Hebat ya, sekarang aplikasi Gojek sudah menjadi super app banget, pelayanannya menyeluruh.

Sempat ingat beberapa waktu lalu pas lagi ada acara kondangan, saya lupa beli softlens baru, padahal itu bulu mata palsu sudah sukses dipasang, kan ya ngga mungkin harus ditutupin kacamata, jadilah cepet-cepet GoSend via abang Gojek ke toko optik online, asli kocak banget kalau ingat kejadian itu. Memang Gojek juara #PastiAdaJalan banget.


Baiklah sekian dulu, tulisannya, mau lanjutin beres-beres dulu ya!


Saturday, October 19, 2019 1 comments

Website Sebagai Sarana Promosi Desa Wisata. Desa wisata harus memiliki website desa.

Perkembangan zaman membuat semua orang harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Bukan hanya orang kota, namun juga mereka yang hidup di pedesaan. Mudahnya akses informasi membuat banyak desa berlomba-lomba untuk membuat website desa. Bukan sekedar bergaya, banyak manfaat yang bisa didapat sebuah desa bila memiliki sebuah tempat yang memuat segala informasi tentang desa.Tak hanya akan membuat nama desa terangkat, dengan memiliki website sebuah desa mejadi lebih maju dan meninggalkan kesan desa sebagai sebuah tempat yang identik dengan ketertinggalan. Desa dan wisata menjadi menjadi dua kata yang seolah tak terpisahkan saat ini. Bahkan persebaran desa wisata seolah menjadi sudah merata di seluruh Indonesia.

Desa Wisata: Turunan Dari Industri 4.0 

Pemerintahan Presiden Joko Widodo sedang gencar mengkampanyekan semangat industri 4.0. Revolusi industri mengepankan pada penggunaan kecerdasan buatan dan internet adalah segalanya (Internet of Things). Tentu kita ingat dulu sebelum internet menjadi salah satu kebutuhan dasar umat manusia, sebelum pergi ke suatu tempat, seseorang harus repot bertanya sana dan sini untuk mendapatkan informasi tentang tempat tujuannya. Selain memakan banyak waktu, kadang apa yang kita harapkan dari destinasi tujuan kadang tak sesuai dengan kenyataan. Dan karena seolah tak mau tertinggal, desa membranding diri sebagai desa wisata dengan memanfaatkan apa yang telah disediakan oleh internet saat ini.

Keharusan Membangun Website Desa 


Teknologi bernama internet telah banyak merubah peradaban manusia saat ini. Semua hal sudah sudah serba digital dan serba cepat. Termasuk juga distribusi informasi. Memiliki website adalah suatu keharusan bagi siapapun saat ini. Bukan hanya hanya orang yang hidup di kota saja yang memerlukan website. Orang yang hidup di desa pun juga harus memiliki website untuk bisa menyebarkan informasi yang ada di desa mereka agar diketahui oleh masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu membangun website adalah suatu keharusan bagi sebuah desa di era internet yang sedemikian maju saat ini. Di perlukan visi dan misi yang sama antar warga desa.

Dukungan Maksimal Pemerintah 

Pemerintah Indonesia melalui sinergi Kementerian Desa, Kementerian Komunikasi dan Informasi, serta Telkom sedang gencar menggalakkan kampanye internet masuk desa. Hal ini tentu sangat positif untuk membangun gerakan sadar internet di masyarakat pedesaan. salah satu bentuk nyata dukungan tersebut adalah keberadaan pusat internet di kecamatan. Selain itu juga tersedia mobil internet gratis yang siap melayani kebutuhan berinternet masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan dan jauh dari kota.

Apa Yang Diperlukan Website Desa? 

Sebelum memulai untuk membuat website untuk desa, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan.

1) Siapkan Nama Domain .desa.id 

Yang pertama kali disiapkan saat akan membuat website untuk desa adalah menyiapkan nama domain. Dan karena akan membangun website mengatasnamakan desa, maka domain yang harus disiapkan adalah yang berekstensi .desa.id. Beberapa hal yang harus kamu persiapkan adalah dokumen-dokumen penduung yang akan digunakan untuk mendaftarkan domain. desa.id ke Kementerian Kominfo.

Dokumen itu antara lain:
● Surat Keterangan Kepala Desa dan Perangkat Desa yang masih berlaku
● Surat Permohonan Sekretaris desa/Kepala desa untuk pemerintah pusat yang ditembuskan kepada bupati atau skretariat daerah(Sesuai dengan peraturan Kementerian Kominfo yang masih berlaku)
● Surat Kuasa dari Kepala Desa atau Sekretaris desa sebagai pengelola.

Setelah semua dokumen siap, Anda bisa segera mendaftarkan domain.

2) Pilih Paket Hosting Terbaik 



Setelah urusan domain beres, sekarang waktunya kamu memilih paket hosting yang akan kamu gunakan untuk menjalankan website desa. Beberapa hal yang harus kamu perhatikan dalam memilih hosting untuk website desa mu antara lain:

● Harga.
Penyedia web hosting memiliki beberapa paket pilihan untuk para pelanggannya. Untuk masalah harga, baiknya anda memperhatikan dengan seksama pilihan yang diberikan oleh penyedia web hosting.
● Space Hosting.
Space hosting adalah kapasitas penyimpanan sebuah web hosting. Kapasitas penympanan ini berguna untuk menampung database, gambar-gambar website, dan juga email. Jika website anda semakin berkembang, ada kemungkinan suatu saat kapasitas penyimpanannya akan penuh. Bila sudah begitu yang harus Anda lakukan adalah memilah dan menghapus file lama, atau melakukan upgrade paket hosting website. Untuk mengetahui harga pasaran, anda bisa bertanya pada pengguna hosting yang lain.
● Bandwidth.
Jangan sampai website anda down pada pertengan bulan karen kuota bandwith yang disediakan penyedia hosting yang terbatas. Sebaiknya anda memilih penyedia hosting yang memberikan kuota bandwith tak terbatas dengan harga yang murah. Dengan begitu anda tak perlu lagi pusing memikirkan kuota bandwith yang habis.
● Kecepatan dan Spesifikasi Server.
Sebelum memilih web hosting untuk membangun website, anda harus mencermati kecepatan dan spesifikasi server yang di gunakan oleh penyedia layanan web hosting anda.
● Add On Domain.
Add on Domain adalah satu domain yang ditambahkan pada suatu akun hosting. Dengan layanan ini, Anda akan lebih mudah dalam mengembangkan website desa anda. Misalnya dengan menambahkan landing page yan berisi paket wisata di desa Anda.

3) Memilih Template 

Setelah memastikan nama domain dan memilih hosting yang tepat, langkah selanjutnya adalah memilih template website yang akan anda jalankan. Penyedia web hosting biasanya selalu menyediakan pilihan template dalam setiap paket yang diberikan. Anda bisa melihat demo produk template yang di tawarkan oleh penyedia web hosting anda. Dengan tampilan yang menarik, akan membuat pengunjung betah berlama-lama berada di website Anda.

Manfaat Memiliki Website Desa Wisata 

Mengenalkan Potensi Desa 
Saat ini setiap desa berlomba-lomba untuk menggali potensinya masing-masing. Setiap desa memiliki keunikannya sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itulah setiap desa harus mempunyai website untuk mengenalkan keunggulannya pada dunia luar. Penyebaran informasi sebuah desa wisata akan lebih maksimal bila memiliki website dengan hosting yang bagus dan tidak mudah down.

Sebagai Media Promosi yang Efektif 
Website merupakan sarana promosi yang efektif untuk mengenalkan potensi dan meningkatkun kunjungan ke suatu desa, teruatama dalam hal ini adalah desa wisata. Website menjadi sarana calon pengunjung mendapatkan informasi desa wisata, seperti bagaimana kecantikan alamnya, keramahan manusianya, bagaimana aksesnya, hingga buah tangan unik yang bisa dibawa pulang dari sana. Dengan optimasi SEO yang baik dan website yang stabil, mudah diakses, dengan konten yang menarik dan informatif akan menambah ketertarikan pengunjung website untuk segera datang ke desa wisata. Itulah tadi mengapa sebuah desa wisata harus memiliki website sebagai sarana promosi dan meningkatkan kunjungan wisata ke desa.

Tunggu apalagi, segera buat website desa Anda di IDwebhost, salah satu penyedia web hosting tebaik dan termurah di Indonesia.

Pesan sekarang!
Thursday, September 19, 2019 1 comments

Sudahkah Anda mengganti cat pada hunian yang Anda tahun ini?

Sering dipilih menjadi salah satu resolusi tahunan, pewarnaan hunian dapat menjadi opsi untuk membuat nuansa hunian Anda menjadi baru.

Selain untuk memperbagus kondisi tiap ruangan, langkah ini juga sangat cocok dan tergolong murah bagi Anda yang sengaja membeli rumah atau unit jual apartemen untuk aktivitas investasi hunian. Baik akan jual rumah atau jual apartemen, maupun bermain pada investasi jasa penginapan. Calon konsumen bisa saja langsung tertarik saat ditawarkan dalam platform jual apartemen dan rumah via internet.

Mungkin bagi sebagian orang, mewarnai atau mengecat ruangan itu merupakan hal yang mudah, namun lebih banyak lagi orang yang sering kebingungan dan menganggap pekerjaan ini sulit dikarenakan galau memilih ragam warna.

Jika itu kalian, ada beberapa aturan pewarnaan yang sering digunakan oleh para desainer interior yang dapat diadopsi. Aturan ini tentu bertujuan untuk membuat keharmonisan dalam warna yang dipilih. Dilansir dari Freshome.com, berikut adalah penjelasan aturan-aturan tersebut:

Aturan 60-30-10
Bagi kalian yang saat ini sedang mewarnai hunian, aturan 60-30-10 merupakan aturan pewarnaan yang paling sering diadopsi oleh para desainer interior. Sekalipun kalian memiliki patokan warna kesukaan, atau mengkhususkan sebuah warna pada sebuah ruangan (1 warna - 1 ruangan), aturan ini dikatakan dapat membantu untuk menyeimbangkan komposisi warna di dalam hunian kalian.

Angka 60, 30, & 10 pada dasarnya merupakan presentase dari penggunaan warna. Oleh karena itu, pada aturan ini hanya digunakan tiga buah warna. ‘60’ persen dikatakan merupakan warna primer dan mendominasi pewarnaan ruangan. '30' yang merupakan warna sekunder, biasanya memiliki karakter yang khas dan sedikit-banyak memiliki hubungan dengan warna dominan.

Terakhir, '10' adalah warna dengan aksen yang paling berani dan berwarna.
Sebagai contoh dalam desain minimalis yang banyak digunakan oleh desain penginapan hotel atau jual apartemen di zaman now, warna dominan putih di dinding dipadukan dengan warna kayu pada furniturnya serta dipercantik dengan warna hijau dari tumbuhan-tumbuhan sebagai aksesoris yang ditempatkan dekat furnitur.

Skema warna analog
Hampir sama dengan aturan 60-30-10 yang menggunakan 3 warna, warna-warna pada skema ini dipatok menggunakan perpaduan primer dan sekunder. Skema warna analog dapat juga menggunaan aturan 60-30-10 untuk memastikan keseimbangan dan variasi visual pada pewarnaan.

Pilihan warna sekunder dalam aturan tersebut dipilih setelah menentukan 2 spektrum warna primer. Misalnya saja untuk warna cerah, kalian dapat mengombinasikan warna merah dan kuning sebagai warna primer dan warna oranye sebagai warna sekunder. Skema ini juga sering digunakan untuk warna-warna netral seperti hitam, putih serta abu-abu pada desain ruangan yang mengadopsi desain industrial.

Menurut Lamudi.co.id, konsep industrial dewasa ini banyak diaplikasikan para pengembang rumah atau jual apartemen untuk menjawab kebutuhan anak muda. 
Saturday, August 24, 2019 6 comments

Memangnya ada risiko secara fisik sebagai pemain musik? Dulu saya sempat mengesampingkan pertanyaan itu dan merasa bahwa tidak mungkin ada cidera berarti bagi pemain music. Berbeda dengan atlet yang sudah pasti harus menjaga kebugaran tubuhnya.

Well, ternyata saya salah, hahaha. Ternyata pemain music juga memiliki resiko cidera fisik lho! Misalnya saudara yang pemain drum, kulitnya sampai mengelupas ketika berlatih drum, ataupun teman saya yang kulit tangannya kapalan karena bermain gitar, belum lagi pita suara yang harus selalu dijaga bagi para penyanyi.

Nah, lho, bagaimana dengan saya yang main piano? Baru-baru ini saya mengalami yang namanya kejang otot. Penyebabnya? Terlalu intens bermain piano. Jadi, otot-otot lengan dan kaki saya tegang dan keras. Sangat susah buat saya untuk mengangkat lengan atas ataupun berjalan menggunakan sepatu high heels. Sudah saya beri koyo, saya pijit-pijit, tetap saja lengan atas saya kaku. Saya sudah cemas, apakah nantinya saya tidak akan bisa bermain piano lagi?

 Memang sih saya sadari, beberapa waktu lalu saya memang cukup giat berlatih piano, hingga 4-5 jam per hari (itupun dilakukan malam pas sebelum tidur). Bisa dibayangkan otot saya yang sudah lelah karena aktifitas seharian, masih harus saya forsir lagi tambahan 4-5 jam. Awalnya memang tidak terasa, baru setelah berjalan seminggu-dua minggu, barulah lengan atas saya mulai terasa kram. Apalagi setiap bangun pagi, benar-benar berat untuk tubuh ini bangun, belum lagi untuk mengenakan pakaian seperti kaos. Sengsara banget!

Sampai kapan saya harus begini? Sempat curhat ke sesama teman saya pemain piano, dia menyarankan untuk saya segera rontgen dan checkup ke dokter tulang, jangan-jangan saya radang otot – karena dia pernah mengalaminya. Wah, saya takut donk. Saya ngga mau mengalami penyakit yang aneh-aneh. Daripada pergi ke dokter, sayapun banyak menghabiskan waktu mencari informasi terkait dari internet. Saya mencoba mencari artikel kesehatan yang berasal dari laman-laman terpercaya, bukannya sekedar artikel-artikel copy-paste.



Beruntung, saya menemukan laman SehatQ.com, artikel kesehatannya lengkap dengan info mendetail yang tidak sekedar salin sana-sini. Dari sanalah saya menemukan bahwa saya mengalami gejala otot tegang.

Gejalanya pas banget dengan yang saya rasakan; berkurangnya kekuatan otot dan tendon, ketidakmampuan menggunakan otot, pembengkakan atau memar. Dan penyebabnya memang tidak lain karena aktivitas fisik yang berlebihan. Bersyukur banget, saya tidak perlu rontgen dan sebagainya.

Saya diberikan saran untuk melakukan tindakan P.R.I.C.E yaitu; Protection (melakukan gerakan aman agar otot tidak makin cedera), Rest (istirahat), Ice (kompres dengan es), Compression (menggunakan perban), dan Elevate (memposisikan bagian tubuh yang ceera ke area yang tinggi). 

Puji Tuhan, nyeri otot saya berangsur-angsur pulih, tanpa saya harus panggil tukang pijit!

Pasti teman-temin bertanya, kok saya bisa yakin dengan penanganan hanya dari sebuah website? Ya, karena laman sehatq.com bukan sekedar laman kesehatan, namun di dalamnya berisikan tim dokter-dokter yang siap untuk memberikan informasi kesehatan yang jelas dan kredibel.


Sehatq.com bukan hanya memberikan artikel, tapi juga menyediakan fitur live chat untuk pengunjung yang ingin melakukan konsultasi secara langsung dengan dokter.

Keren ya? Hari gini, berobatpun sudah bisa dilakukan secara digital. Tidak perlu khawatir akan informasi dari artikel kesehatan yang simpang siur, di laman sehatq.com, kita bakal mendapatkan pengetahuan yang benar tentang seputar kesehatan.

Penasaran ada apa saja di sehatq? Teman-temin bisa langsung cek

IG: @sehatq_id
TW: @sehatq
FB: SehatQ

Sampai bertemu di tulisan berikutnya!


Friday, August 23, 2019 No comments

Halo teman-temin, baru-baru ini marak ya fenomena ikan asin, duh jujur, pastilah kita-kita yang wanita bisa merasakan bagaimana malu, tersinggung, hingga sakit hati ketika organ intim kita dibahas di depan umum secara eksplisit bahkan dijadikan bahan candaan yang tidak pada tempatnya dan berakhir menjadi isu nasional!

Karena itu di tulisan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman saya dalam mencegah dan menjaga agar organ intim kita tetap sehat, tidak keputihan ataupun gatal-gatal.

Ini kateter yang akan digunakan

Sayangnya, perawatan yang kali ini saya mau bagikan lebih banyak tertuju pada wanita yang sudah menikah atau memang sudah pernah berhubungan intim. Karena memang langkah-langkah perawatannya adalah dengan memasukkan kateter ke dalam saluran reproduksi, sehingga lebih ditujukan untuk wanita yang telah menikah. Ditakutkan, kalau yang masih perawan, nanti keperawanannya hilang hanya gara-gara alat, kan ngga mau ya.

Jadi, buat teman-temin yang masih gadis, boleh di bookmark dulu ya nunggu sampai kalian sudah nikah kalau mau mencoba perawatan ini.

Iya, sesuai judulnya, perawatan yang saya lakukan untuk menjaga kesehatan organ intim kewanitaan saya adalah: Ozone Vagina. Wuih, dari namanya saja sudah terdengar ngeri-ngeri gimana gitu ya. Biasanya yang saya tau, perawatan ozone biasanya dilakukan di wajah, kalau sekarang dilakukan di organ kewanitaan, hayooo, penasarankan? Saya melakukan treatment ini di Klinik Holistik Estetika Mekarwangi Bandung, yang memang lokasinya tidak jauh dari tempat kerja saya.

Konsultasi dengan dokter (1)

Sebelum menjalani treatment, saya diharuskan untuk konsultasi dulu dengan dokter jaga yang sedang bertugas. Yup, di Klinik Holistik Estetika, kita tidak bisa sembarangan pilah-pilih treatment, harus sesuai dengan arahan dokter, jangan sampai nanti kita menjalani treatment yang sebenarnya tidak cocok dengan kondisi kita dan berakhir masalah, lalu kita menyalahkan kliniknya.

Konsultasi dengan dokter (2)

Begitupun saat saya penasaran dengan terapi Ozone Vagina ini, (kemudian mereka lebih sering menyingkatnya dengan 'Oz-vag'), saya sempat mendapat briefing dulu dengan dokter tentang perawatan ini.

Beberapa manfaatnya, antara lain:
  • Membantu membuat daerah intim wanita lebih bersih, kesat, dan kencang.
  • Mengatasi keputihan, erosi dan bau tidak sedap
  • Membantu meregenerasi sel vagina
  • Membantu keharmonisan hubungan suami istri
  • Bila terapi dilakukan secara rutin dapat mengencangkan otot vagina dan mencegah kanker leher rahim sejak dini
  • Membunuh jamur, bakteri dan virus
  • Menyegarkan dan menyehatkan vagina
Saya sempat tersipu malu ketika si dokter menyebut "memanjakan suami," duh getaran-getaran pengantin baru begitu terasa, hahahaha!

Deg-degan di ruang tunggu, karena terapis sedang mempersiapkan peralatan.

Setelah mantap akan melakukan terapi ozon, sayapun menuju lantai dua ke area tindakan. Di sana saya harus membuka bawahan ya (terutama celana dalam ya), tenang saja, nanti ditutup selimut kok. Dan terapisnya? Wanita donk, saya juga ngga mau kalau terapisnya pria.

DETIK-DETIK PENUH KETEGANGAN!

Penampakan ruangannya

Namanya, masih pengantin baru, saya masih tegang juga kalau organ kewanitaan dipegang selain saya sendiri, apalagi  ketika si terapis memasukkan kateter, haduhhhh, merinding-ding-dong. Saya memang tegang banget, makanya ketika miss V dimasukkan kateter rasanya linu. Tapi setelah saya agak rileks, sebenarnya keberadaan kateter itu tidak mengganggu kok. Sayanya aja yang memang belum terbiasa, mohon dimaklumkan ya.

Proses terapi Ozone Vagina lebih jelasnya adalah mengalirkan O2 medis yang diubah menjadi O3 (Ozone) menggunakan mesin medical ozone selama 15 menit ke organ intim wanita. Pastinya alat tersebut (termasuk kateternya) sudah disterilkan, sehingga berfungsi sebagai sterilisasi vagina, membunuh bakteri, dan menyuplai oksigen ke sel-sel vagina.

Rasanya gimana saat ozone dialirkan ke Miss V? rasanya saluran reproduksi saya sampai ke perut meletup "blukutup-blukutup" kayak ada bubble-bubble berasa perut kembung gitu. Rasanya kayak mau kentut tapi bukan dari (maaf) pantat, melainkan miss V. Kayak nahan pipis gitu deh, karena miss V kita dimasukkan udara, dan kita ingin segera mengeluarkannya (tapi ga bisa).

Saya baru merasa enak dan nyaman, setelah 3 menit awal, ketika otot-otot selangkangan saya mulai rileks, saya fokus merasakan udara-udara yang masuk bikin adem di daerah Miss V saya, gelembung-gelembung udara yang terdengar sudah tidak lagi mengganggu malah saya rasakan sedang membersihkan dan mensterilkan area dalaman saya. Pokoknya harus bisa tenang, biar hasilnya juga maksimal, ya.

Siap-siap di Ozone, setelahnya ngga mau difoto donk!

Setelah 15 menit, barulah terapis kembali masuk dan alat kateter dibuka. Adanya perbedaan tekanan udara ketika alat dilepas, membuat sisa-sisa udara ozone yang masih ada di ujung saluran  Miss V kembali keluar dan berbunyi bak suara kentut (saya sampai malu, tapi sepertinya terapisnya sudah biasa), ttttuuuuiiiiiittttttt.

Tapiiiii bedanya, walau suaranya kayak kentut, tapi baunya segar! Asli banget. Kan ada udara tuh keluar dari Miss V, tapi aromanya kayak udara bersih aja gitu, wah saya sampai takjub! Ternyata seeknya terasa langsung setelah melakukan treatment. 

Kalau kata dokternya sih, untuk hasil maksimal, sebaiknya Ozone Vagina  dilakukan satu hingga dua kali dalam sebulan. Duh, jadi ketagihan! Apalagi harganya cukup terjangkau dan tidak menguras kantong kok. Apalagi, sampai tulisan ini dibuat (berarti sekitar dua minggu setelah saya melakukan Oz-Vag), saya tidak merasakan efek samping apapaun.

Malahan, suami ikut merasakan manfaatnya, hahaha!

Buat teman-temin yang tertarik untuk menjaga organ intim kewanitaannya, bisa dipertimbangkan lho, untuk terapi Ozone Vagina ini. Kenapa saya memilih di Klinik Holistik Estetika, selain karena dekat dengan tempat kerja saya, klinik kecantikan yang memang telah beroperasi selama lebih dari 15 tahun ini memang memberi layanan perawatan kecantikan yang baik disertai harga yang terjangkau. Tempatnya juga tenang dan nyaman, terapisnya ramah dan siap membantu kita dalam memberikan jenis perawatan. 

Di front desk, lagi pendaftaran.

Saat ini di Bandung, Holistik Estetika sudah memiliki 3 cabang yaitu di Mekar Wangi, Kopo Permai, dan Cimahi. Konsultasi dokter di Holistik Estetika tidak dipungut biaya alias gratis. Pasien baru hanya perlu membayar biaya administrasi sebesar Rp 50 ribu saat kedatangan pertama kali. 

Untuk daftar perawatan, bisa dilihat DISINI

Lokasi Holistik Estetika
IG: @holistikestetika | FB: Holistik Estetika | www.holistikestetika.com

Kopo Permai | Jl. Kopo Permai I, Blok A No. 7, Bandung
Phone (022) 5401307 | WA 0877-8811-1115 | Jam buka Senin - Sabtu : 09.00 - 17.00 WIB                                                       
Mekar Wangi | Jl. Mekar Sejahtera No. 21, Bandung
Phone (022) 5229797 | WA 0877-9911-1115 | Jam buka Senin - Sabtu : 09.00 - 20.00 WIB  

Cimahi
Jl. Jend. H. Amir Machmud No. 499C, Cibabat, Cimahi (Sebelah EF, Seberang Rabbani)
Phone (022) 6651110 | WA 0815-7213-6386 | Jam buka Senin - Sabtu : 09.00 - 20.00 WIB  


Bagaimana, teman-temin ada yang tertarik untuk melakukan perawatan pada organ kewanitaan?



Thursday, July 25, 2019 No comments

Setelah proses pemberkatan pernikahan selesai, hal prioritas yang harus dilakukan adalah mengurus akta perkawinan di kantor catatan sipil. Yap, untuk saya yang non-muslim ini, mendaftarkan pernikahan agar sah di hadapan hukum negara adalah di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung bukan di KUA.

Kenapa harus mendaftarkan pernikahan secara negara (di Disdukcapil atau KUA)? Memangnya tidak cukup secara agama?

  1. Pernikahan yang hanya dilakukan secara agama (mirip-mirip nikah siri) nantinya tidak diakui oleh negara sehingga tidak dijamin dengan kuat secara hukum. Dan saya ngga mau donk.
  2. Pernikahan wajib didaftarkan agar masing-masing suami dan istri memiliki hak yang sama dan dilindungi secara hukum sebagai pasangan suami istri - hal ini nantinya menyangkut kewajiban suami dalam menafkahi istri dan sebaliknya kewajiban istri kepada suami.
  3. Hal yang penting lainnya, menyangkut akta kelahiran anak. Jika orang tua mendaftarkan pernikahannya secara sipil, nantinya pada akta anak akan ditulis nama ayah dan ibunya. Tapi jika orang tua hanya menikah secara agama, maka pada akta anak hanya akan ditulis nama ibu. Kan kasian yaaa, nama ayahnya mana?!
Dan masih banyak alasan lain, yang pasti, agar aman, diurus saja pernikahannya secara negara.

Kenapa tidak melakukan pemberkatan pernikahan sekaligus catatan sipil secara bersamaan? Dulu sih, yang saya perhatikan, kegiatan pemberkatan pernikahan dan proses pendaftaran di catatan sipil dilakukan bersamaan agar tanggal pernikahannya, baik pemberkatan dan sipil tertulis sama di akta perkawinan.

Namun belakangan, hal tersebut ternyata dilakukan kalau pasangannya nyogok pegawai kantor sipilnya agar mau datang ke tempat pemberkatan. Karena resminya, pasangan pasutri harus urus sendiri mendaftarkan pernikahannya ke kantor disdukcapil.

Ketika saya mau nikahan, saya malah ditawari harga 2,5-5 juta untuk mendatangkan pegawai kantor sipil ke tempat pemberkatan pernikahan saya, agar proses nikah catatan sipilnya bisa langsung didaftarkan. Mahal bangetkan! Padahal kalau kita urus sendiri ke Jalan Ambon (alamat kantor disdukcapil Bandung), malah gratis!

Akhirnya saya dan cami (masih calon saat itu), merelakan untuk tidak melangsungkan pemberkatan dan catatan sipil bersamaan, merelakan tanggal pemberkatan dan nikah sipil beda, toh yang penting nantinya pernikahan kami sah secara agama dan hukum. Walaupun tanggalnya beda dikit, yo weslah.

Secara umum proses melegalkan pernikahan adalah:

1. Mengurus dan melengkapi dokumen persyaratan untuk melakukan pernikahan agama dan sipil.
2. Mendaftarkan dan menetapkan tanggal pemberkatan pernikahan ke pemuka agama yang bersangkutan
3. Melakukan pemberkatan pernikahan secara agama
4. Mendaftarkan pernikahan ke disdukcapil
5. Sidang pengesahan pernikahan secara sipil
6. Pernikahan sah secara agama dan hukum!

Kenapa pendaftaran catatan sipil dilakukan setelah proses pemberkatan pernikahan? Kenapa tidak sebelum prosesi pemberkatan?

Ya, karena... Salah satu dokumen wajib untuk mendaftarkan pernikahan ke disdukcapil adalah surat keterangan perkawinan secara agama, kalau belum ada suratnya ya tidak akan diproses. Jadi mau tidak mau, kalau tidak berani bayar mahal, ya pastinya tanggal pemberkatan nikah akan berbeda dengan tanggal pernikahan secara sipil, hehehe.

Bisa ngga nikah sipil dulu  baru nikah secara agama? Well, menurut ngana?
Ya pastinya ngga bisa donk. Aturannya pasangan nikah dulu secara agama atau secara adat, barulah disahkan secara negara di kantor yang sudah ditunjuk.

Berdasarkan pengalaman, berikut syarat dokumen yang harus dibawa saat mendaftarkan pernikahan sipil.

catatan: kalau dari pengalaman saya, untuk persyaratan nikah agama, dokumen yang diperlukan hampir sama hanya relatif lebih sedikit dibanding berkas untuk mengurus ke kantor catatan sipil.

PERSYARATAN AKTA PERKAWINAN di KANTOR CATATAN SIPIL

Catatan: suami saya bukan PNS ataupun WNA, saya dan suami sama-sama masih lajang, tidak pernah ada pernikahan sebelum ini ataupun perceraian. Sehingga hanya syarat yang saya warnai merah saja berkas wajib yang harus saya serahkan. 

1. Formulir Akta Perkawinan. Bisa diminta ke kantor disdukcapil atau download di websitenya (*disesuaikan dengan kota domisili, wargi Bandung, jangan download dari disdukcapil Surabaya dan sebaliknya!)
2. Surat Keterangan Perkawinan/Pemberkatan dari Pemuka Agama dan Pemuka Penghayat Kepercayaan (Asli dan Fotocopy legalisir.) legalisir dari organisasi agama yang bersangkutan.
3. Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) calon mempelai (Asli dan Fotocopy Legalisir)
4. Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) Orang Tua (Asli dan Fotocopy). (*Jika orangtua dan mempelai berbeda KK)
5. Kutipan Akta Kelahiran calon mempelai (Asli dan Fotocopy);
6. Surat Pernyataan belum pernah kawin bermaterai cukup dari yang bersangkutan dan diketahui oleh:
a. Lurah/Kepala Desa bagi yang berdomisili (Kota Bandung) (Asli);
b. Camat/DISDUKCAPIL bagi yang berdomisili (Luar Kota Bandung) (Asli);
7. Surat Baptis / Permandian/Sidi, Surat Keterangan Anggota Agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khonghucu dan Penghayat Kepercayaan (Asli dan Fotocopy);
8. Pas foto berwarna ukuran 4x6 berdampingan sebanyak 3 (tiga) lembar,
9. Kutipan Akta Perkawinan Orang Tua bagi anak suami isteri/Kutipan Akta Kelahiran Ibu bagi anak seorang ibu (Asli dan Fotocopy);
10. Kartu Tanda Penduduk (KTP) 2 (dua) orang saksi dan hadir pada waktu pencatatan;
11. Kutipan Akta Perceraian Asli bagi yang telah bercerai;
12. Kutipan Akta Kematian suami/isteri terdahulu bila telah meninggal dunia (Asli dan Fotocopy);
13. Surat Izin komandan Asli (TNI/POLRI) dan Fotocopy Kartu Tanda Anggota (KTA);
14. Surat Ganti nama calon mempelai dan orangtuanya (Asli dan Fotocopy);
15. Surat Keterangan Kewarganegaraan (Asli dan Fotocopy);
16. Izin Perkawinan dari Pengadilan Negeri dan/atau dari Instansi Pelaksana;
17. Akta Notaris jika ada perjanjian perkawinan (Asli dan Fotocopy Legalisir)
18. Kutipan akta Kelahiran Anak yang akan disahkan (Asli dan Fotocopy);
19. Paspor Lengkap (Asli dan fotocopy) bagi WNA
20, KITAS/KITAP dan SKTT (Asli dan Fotocopy) bagi WNA
21. Surat Izin Perkawinan dari Kedutaan negara yang bersangkutan (Asli) bagi WNA
22. STMD dari kepolisian bagi WNA


DRAMA BERKAS CATATAN SIPIL

Salut sama teman-temin yang tidak merasakan susahnya ngurusin berkas-berkas untuk ke catatan sipil, such as: nyuruh orang, mbayar orang buat ngumpulin berkas, ataupun memang berkasnya sudah auto-lengkap.

Saya pribadi merasakan ribetnya ngurus beberapa dari berkas-berkas di atas, walaupun berkas umum tapi repot juga, deh.

1. Surat Pernyataan Belum Kawin
Surat pernyataan Belum Kawin kita buat di atas meterai, nantinya ditandatangi oleh RT, RW, Kelurahan dan 2 orang saksi selain orang tua kita. Masing-masing bikin ya, baik dari pihak calon pengantin perempuan dan laki-laki.

Bersamaan dengan itu, masing-masing calon juga memerlukan Surat Pengantar Perkawinan (N1) dari Kelurahan asal masing-masing (dulunya dipisah jadi N1, N2, dan N4). Untuk mendapatkannya, kita harus minta surat pengantar dulu dari RT dan RW, bilang saja minta Surat Pengantar untuk Nikah Agama.

Yang ribet adalah ketika RT, RW, dan Lurahnya susah ditemui, bakal lama banget ngurusin ginian.

2. Surat Nikah dan Akta Kelahiran Orang Tua
Kebetulan saya ribet banget ngurusnya, karena orang tua calon suami saya lupa menyimpan di mana akta nikahnya dan akta kelahirannya. Tambahan lagi, akta kematian dari almarhum ayah calon suami saya juga entah ada dimana, kami tidak mendapatkannya.

Jadinya untuk berkas ini, kami membuat surat pernyataan bermeterai tidak bisa melengkapi. Puji Tuhan, tidak dipersulit dari disdukcapilnya.

Uda sih, itu doank yang susah, sisanya Puji Tuhan, diberi kelancaran.

MENDAFTAR DAN SIDANG

Kalau berkas sudah lolos alias diterima di Disdukcapil, berarti berikutnya lebih mudah, kita tinggal menunggu tanggal sidang saja.

Proses mendaftarkan berkas nikah sipil ke Disdukcapil juga mudah, kita hanya perlu SMS minta tanggal dan nomor antrian, dan tinggal masukkan berkas pengajuan di tanggal tersebut. Kalau sudah diterima, nanti kita diberi tanggal untuk sidang (bisa sambil diatur yang cocok dengan jadwal pribadi kita). Saya memasukkan berkas ke disdukcapil 10 hari setelah pernikahan (karena memang aturannya paling cepat 10 hari setelah nikah agama), lalu selang waktunya dua minggu menuju sidang.

Persidangan nikah sipil tidak se-menyeramkan atau se-menegangkan yang saya bayangkan! Tidak seperti sidang pengadilan yang saya lihat di televisi. Kebetulan yang menjadi saksi saya dan suami adalah kakak saya dan istrinya.

Dalam sidang kita harus berpakaian rapi dan berperilaku sopan (termasuk cara duduk juga tidak menyilangkan kaki). Selanjutnya, masing-masing kami (pasutri dan saksi) akan ditanya data-data pribadi, lalu apakah ada keberatan atau menentang pernikahan, kalau tidak, ya sudah ketok palu, pernikahan dianggap sah; akta perkawinan langsung terbit hari itu juga!

Yap, saya sidang pernikahan sipil jam 9.00 pagi, akta perkawinan jadi pk 14.00-nya. Pada akhirnya, jarak waktu saya melakukan pemberkatan nikah secara agama dan pencatatan sipil adalah sekitar sebulan, hehehe. Ngga masalah sih, yang penting sah!

Yah, begitulah cerita pengalaman saya mengurus kantor catatan sipil, siapa tau ada yang mau berbagi pengalaman boleh kirim komentar juga bagi yang sedang mempersiapkan dokumen, semoga lancar yaaa...

Sampai bertemu di tulisan berikutnya!

Wednesday, July 17, 2019 2 comments

Perbincangan mengenai KPR ini memang terkadang mengundang banyak opini; antara riba dan masalah punya rumah. Percayalah, walaupun saya bukan pemeluk agama Islam yang memiliki pengertian tersendiri tentang riba, dalam kepercayaan Kristen yang saya anutpun sebenarnya kami dilarang untuk berhutang! Karena hutang itu memang akan selalu membawa masalah.

Btw, foto di atas merupakan calon rumah masa depan yang masih dalam tahap dibangun. Mohon doanya semoga lancar!

Balik lagi, hari gini, mau beli rumah pakai cash keras. Waduh, bukannya saya mengecilkan kemampuan diri sendiri ya; saya tidak mampu. Bisa jadi karena dari mudanya saya tidak mengerti tentang pemahaman menabung untuk properti jadinya setelah usia lebih dari seperempat abad, baru deh kepikiran untuk nabung demi rumah. Tapi ya belum kekejar juga.

Namanya manusia yang terdiri dari darah dan daging #ngeles, sayapun tergiur pernyataan "Kalo ngga sekarang kapan loe punya rumah?" hingga akhirnya memutuskan mau mencoba mengajukan KPR. 

Di satu sisi, urusan rumah merupakan salah satu bagian dari rencana saya dan pasangan dalam mempersiapkan pernikahan beberapa waktu lalu. Kalau disetujui syukur, kalau tidak ya berarti kudu ngontrak atau tinggal di mertua indah, sampai ada berkat dan kesempatan berikutnya.

BERKAS PENGAJUAN

Saya dan calon suami memutuskan untuk pengajuan KPR sekitar dua minggu sebelum acara pernikahan kami, sehingga status kami saat pengajuan masih lajang. Tidak ada joint income. Adapun syarat yang dibutuhkan untuk calon kreditur lajang adalah.

1. Copy KTP (usia minimal calon kreditur 21 tahun,  ya) 
2. Copy KK
3. Copy NPWP
4. Surat Keterangan Kerja (Harus pegawai tetap ya, karena mau segede apapun gajinya kalau masih pegawai kontrak, katanya sih ngga akan disetujui)
5. Slip gaji tiga bulan terakhir
6. Rekening Koran tiga bulan terakhir.
7. Peta (digambar tangan) menuju ke tempat kerja dari jalan raya terdekat. 

Beberapa hal yang sempat membuat saya dan calon suami takut ditolak adalah.

1. Gaji Tunai
Alias bukan payroll. Beberapa kali saya minta pada atasan (begitu juga di kantor suami), agar gaji kami dibayar payroll, tapi tidak bisa. Alasannya, karena besaran gaji kami tiap bulannya berbeda - ya sih, karena saya dan calon suami (disingkat: cami, ya untuk selanjutnya) memang bekerja di bidang jasa. Jadi, kadang ada besaran komisi yang berbeda.

Namun nyatanya, memiliki gaji yang dibayar tunai itu tidak masalah. Tipsnya, langsung setorkan saja gaji yang diterima langsung ke rekening aktif kita, dan pastikan besarannya sesuai dengan slip gaji. Tanggal waktu setornya juga jangan terlalu jauh dengan jadwal gajian kita.

Oya, jangan lupa, untuk karyawan swasta (kayak saya), cicilan KPR maksimal adalah 30% dari gaji. Jadi kalau teman-temin mau mengajukan KPR dengan cicilan KPR 800 ribu per bulan, berarti gaji minimalnya harus 2,4 juta ya. Katanya sih kalau PNS, persentasenya bisa 50% gaji lho untuk maksimal cicilan. Jadi, untuk cicilan per bulan 800 ribu, gaji minimal bisa 1,6 juta. Wawwww... 

2. Rekening Gendut
Katanya, kalau pengajuan KPR maka saldo dana di rekening kita harus gendut, bahkan kalau bisa beberapa kalinya jumlah DP. Nyatanya, rekening tabungan saya pas-pasan. Isinya hanya uang DP KPR saja, setelah DP dibayar ya rekening saya langsung kempes lagi, hahaha. Yang terpenting adalah, rekening kita terbukti aktif, yaitu memiliki aktifitas perputaran uang yang baik, jadi bukan sekedar setor tarik. Ada transaksi transfer, belanja, ataupun pembayaran.

3. BI Checking
Alasan kenapa poin ini tidak saya jadikan faktor nomor satu adalah, karena saya optimis tidak ada masalah dengan BI Checking. Selama ini aktifitas kredit saya bisa dibilang lancar (kartu kredit ataupun melalui jasa kredit lainnya). Dan, terbukti kualitas BI Checking saya (Sekarang disebut SLIK - Sistem Layanan Informasi Keuangan) memang 1 (satu), alias lancar.

Intinya, teman-temin kalau merasa kredit selalu lancar yakinlah tidak ada masalah berarti. Kalau sudah terlambat 5-10 hari itupun kita masih bisa negosiasi dengan bank calon pemberi pinjaman, asalkan kita memberikan alasan yang masuk akal disertai itikad dan sikap yang sopan. Ingat, pegawai bank juga manusia.

Kalau teman-temin belum pernah punya pengalaman dengan kredit namun mau mengajukan KPR, mending latihan punya sesuatu yang dikredit deh, entah apa gitu. Jadi data riwayat perkreditan teman-temin sudah ada di BI Checking / SLIK. Karena kalau tidak ada rekam jejak kredit sebelumnya, prosesnya persetujuannya rada 50-50 kalau kata si orang Bank. Bank jadi tidak bisa menilai kemampuan apakah kita bisa membayar cicilan atau tidak. Yah, semacam belum punya pengalaman ngredit gituuu.

WAWANCARA

Saya memasukkan berkas KPR pada tanggal 21 Maret 2019, dan sejak saat itu saya dan cami melakukan doa khusus setiap hari agar KPR ini boleh dilancarkan (Ya Tuhan, ampunilah hambaMu yang mengambil langkah berhutang ini, hix hix).

Oiya, berkas tidak saya serahkan langsung ke bank BTN ya melainkan melalui sales pihak developer. Kebetulan developer perumahan yang saya incar sudah bekerjasama dengan Bank BTN jadi saya tidak perlu repot.

Ini opini saya pribadi ya, biasanya kalau developernya sudah lebih dulu kerjasama dengan suatu bank, biasanya mekanismenya bisa lebih mudah. Karena bank dan developer sudah saling percaya satu sama lain, bisa jadi keputusan bankpun salah satunya tergantung dari developer. Jadi, tinggal kita saja yang memberikan impresi baik di depan developer agar mereka percaya dengan kemampuan membayar kita. 

Karena, jujur saja, pas menjelang akad, saya mendengar sendiri bagaimana pegawai bank dan sales developer saya terlibat percakapan begini:

Developer: "Gimana si A (calon kreditur KPR), uda disurvey belom?"
Bank: "Iya, hari ini mau disurvey. Tapi BI Checkingnya rada jelek nih, beberapa kali telat bayar,"
Developer: "Ngga papalah coba aja disurvey,"
Bank: (mencoba menghubungi surveyor dan seakan mendapat kabar jelek) "Wah, ternyata si A belum memberi peta tempat kerjanya dan katanya susah dihubungi,"
Developer: "Hmm, ya sudahlah, ngga usah diproses deh,"

Nah gitu! Kadang dari developer sendiri yang menolak calon pembelinya sendiri. Makanya, dari awal, jangan belagu di depan developer biar mereka semangat membantu proses pengajuan KPR kita, hehehe.

Tak lama berselang, tanggal 27 Maret 2019 saya dihubungi via telepon oleh pihak BTN untuk wawancara. Saya kira wawancaranya bakalan tatap muka dimana saya datang ke Bank, ternyata hanya via telp saja. Pertanyaannya cukup standar: data diri, tempat kerja dan status kepegawaian, gaji, kemampuan mencicil, berapa lama waktu yang diinginkan untuk mencicil, tujuan pengajuan KPR, dan sebagainya. 

SURVEY KE TEMPAT KERJA

Setelah dag-dig-dug menunggu cukup lama, tanggal 4 April 2019, surveyor Bank BTN datang ke kantor saya (ya pada akhirnya, saya yang mengajukan KPR bukan cami, alasannya: rumah kudu atas nama istri, hahaha!). Tim surveyor bertemu dengan manager saya untuk kemudian mencocokkan data lapangan dengan data hasil wawancara saya sebelumnya.

Untuk hal ini, perlu sekali untuk menginformasikan HRD atau rekan kerja yang bersangkutan kalau kita mau mengajukan KPR agar mereka tidak bingung dan merasa terganggu. Saya sendiri tidak sempat memberitahu manager kalau sedang pengajuan KPR, mereka taunya saya sibuk ngurusin nikahan, sehingga saat itu beliau sempat bingung, lagi kerja kok malah diminta wawancara KPR, untungnya manager saya baik, beliau tidak mempersulit wawancara KPR dari tim surveyor, hehehe.

Dan kabar yang ditunggu: 8 April 2019 malam, saya dihubungi pihak developer bahwa pengajuan KPR saya disetujui dan tepat keesokan harinya, 9 April, saya mendapat SMS resmi dari Bank BTN bahwa pengajuan KPR saya disetujui. 

Prosesnya bisa dibilang tidak selama yang saya bayangkan, kurang dari tiga minggu. Saya sempat baca banyak pengalaman lain di internet, ada yang sampai tujuh bulan nunggu disetujui atau tidaknya. Yah, entah kabar baik atau buruk, yang pasti, doakan semoga cicilan rumah lancar!

Mengenai Booking Fee

Salah satu alasan kenapa saya memilih perumahan yang akan saya cicil adalah: mereka tidak mengharuskan kami membayar booking fee sebelum pengajuan KPR disetujui. Jadi, anggapannya, kami terbebas dari booking fee. Kami baru membayar booking fee ketika KPR disetujui, kalau ditolak ya tidak usah bayar. Dan memang terbukti, hehehe. Saat saya menyerahkan berkas, saya tidak membayar apa-apa, dan mereka tetap mengurus berkas saya. 

AKAD KPR

Akad KPR dilakukan tanggal 22 April 2019, sekitar seminggu setelah saya menikah - berhubung saya masih belum punya surat nikah (belum daftar ke kantor catatan sipil, sih), jadi status saya ya masih lajang secara negara. Itupun tanggal akad memang bolak-balik diundur, awalnya tanggal akad dijanjikan sebelum saya nikah dari tanggal 12 April, 15, 16, sampai akhirnya tanggal 22. Gegara sempat terhalang perihal Pemilu dan Kebaktian Paskah (berhubung notarisnya juga agama Kristen).

Jenis KPR BTN yang saya ambil adalah KPR Platinum Indent, ya, karena memang saat akad, kondisi rumah saya masih dibangun, dan sampai tulisan ini dipublish juga masih dibangun, hahaha, Dag-dig-dug, semoga segala urusannya dilancarkan.

Untuk bunganya fix 8,88% selama 2 tahun, sebenarnya bisa dibilang pilihan cicilan saya ini cukup mahal!! Karena BCA lagi promo bunga KPR 5,62%, tapi apa daya, plafon minimal BCA tinggi banget seh, sedangkan saya hanya membeli rumah kecil yang murah, yang mana harganya tidak setinggi plafon minimal BCA. 

Proses akad yang disertai pembayaran DP dan Booking fee berjalan dengan lancar. Puji Tuhan, semoga ke depannya, kami tetap dimampukan membayar cicilannya.

Untuk kisah mendetail seputar Akad KPR BTN dan cicilan pertama, teman-temin bisa membaca ulasannya di postingan terpisah ya!

Sekarang berhubung rumah saya dan cami belum jadi, kami masih tinggal di pondok mertua indah, hahaha... 

Doanya sih semoga Natal dan tahun baru kali ini sudah bisa di rumah baru...

Aminnnnnnnn.

Thursday, July 04, 2019 1 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me




Halo, selamat datang di blog saya. Nama saya Yosefien Moudy - biasa dipanggil 'Noniq'. Semoga teman-temin mendapat informasi yang dibutuhkan, kalau masih ada pertanyaan, boleh langsung menghubungi saya, cheers.

Follow Me

Labels

Beauty Culinary Travel

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2019 (19)
    • ▼  December (1)
      • Mengejar Pagi Demi Ubur-ubur Pangandaran
    • ►  November (1)
      • 20+ Obyek Wisata Pantai di Bali
    • ►  October (1)
      • Balada Pindahan Rumah Ngga Pakai Mahal, Pasti Ada ...
    • ►  September (1)
      • Website Sebagai Sarana Promosi Desa Wisata
    • ►  August (2)
      • Tips Pewarnaan Ruang Tampilkan Nuansa Baru pada Hu...
      • Bebas Kejang Otot Berkat SehatQ
    • ►  July (3)
      • Manfaat Terapi Ozone Vagina Untuk Atasi Keputihan ...
      • Semangat! Daftar dan Urus Pernikahan di Kantor Cat...
      • Pengalaman KPR BTN Kreditur Lajang - Belum Menikah...
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (33)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (7)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (5)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2017 (65)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (5)
    • ►  August (6)
    • ►  July (4)
    • ►  June (5)
    • ►  May (8)
    • ►  April (10)
    • ►  March (5)
    • ►  February (6)
    • ►  January (5)
  • ►  2016 (84)
    • ►  December (11)
    • ►  November (4)
    • ►  October (13)
    • ►  September (9)
    • ►  August (8)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (7)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)
  • ►  2015 (68)
    • ►  December (4)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (7)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (7)
    • ►  April (7)
    • ►  March (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2014 (56)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (2)
    • ►  April (10)
    • ►  March (9)
    • ►  February (7)
    • ►  January (5)
  • ►  2013 (50)
    • ►  December (6)
    • ►  November (7)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (1)
  • ►  2012 (33)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (8)
    • ►  July (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (5)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)

Created with by ThemeXpose