facebook google twitter instagram
  • Home
  • Penulis
    • Siapa Noniq?
    • Tentang Blog Noniq
    • F.A.Q.
    • Disclaimer
  • Kerjasama
    • Review Produk
    • Liputan Acara
    • Penulisan Konten
  • Achievement

NONIQ | A Review Blog


Percaya atau tidak, saya baru mengunjungi Monas setelah saya dewasa! Tepatnya tahun 2018 lalu. Setelah dipikir-pikir, lucu juga sih, dasar wong ndeso. Padahal bisa dibilang saya cukup sering ke Jakarta; sudah pernah ke Dufan, nginep di hotel-hotel berbintang Jakarta juga sudah, muterin mall-mall Jakarta apalagi. Lha ke Monas kok belum? Yah, namanya takdir dan kesempatan hanya Tuhan yang tau #tetibabijak.

Jadi, ceritanya, dalam rangka mengantarkan tante saya pulang ke Belanda, dia naik pesawat dari Jakarta, dengan rute Jakarta - Singapore - Amsterdam, saya dan ibu saya mengantarnya dari Bandung. Selama ini rute yang paling mudah kalau dari Bandung ke Airport Soekarno Hatta ya dengan angkutan moda Primajasa. Namun seperti yang kita tau, durasi perjalanannya memang tidak bisa diprediksi dengan tepat, alias kadang bisa cepat kadang bisa lambat.

 

Demi sampai di Jakarta pukul 06.00 pagi, kami berangkat dari pukul 01.30. Karena kalau kata pengemudinya, kalau lancar bisa 3-4 jam, tapi kalau macet bisa 5-6 jam. Duh! Singkat cerita kamipun sampai di Soekarno Hatta dengan lancar.
\ 

Seusai tante saya berangkat menuju pesawatnya, tinggalah saya dan ibu yang bingung mau pulang naik apa. Mudahnya sih, kami bisa langsung kembali menggunakan Primajasa lagi menuju Bandung. Tapi saat itu jam menunjukkan pukul 11.00 siang, dan setau saya jam segitu pasti muacet banget dah sepanjang jalan. (Emang ada rute Jakarta-Bandung yang cepet sekarang ini?)

Iseng-iseng, saya dan ibupun mencari informasi bagaimana bisa pulang ke Bandung dengan tepat waktu. Dan teringatlah saya: naik kereta. Kebetulan beberapa kali saya mendengar teman-temin blog dari Bandung yang suka pulang-pergi naik kereta kalau ke Jakarta dan katanya selalu on time alias tepat waktu. Hm, saya dan ibu saya penasaran ingin mencoba naik kereta juga.

Tapi bagaimana cara dari bandara Soekarno Hatta ke Stasiun Gambir?

Bertanya-tanya kepada petugas, kami disarankan untuk menggunakan bus airport shuttle, wah saya baru tau lho. Ternyata sekarang sudah ada Big Bird Shuttle Bus yang memberikan jasa pengantaran ke stasiun Gambir, selebihnya untuk mengetahui big bird bus harga lengkap teman-temin bisa melihat websitenya ya.

 Sesampai di Gambir, berhubung kami memiliki waktu hingga jadwal kereta berangkat, kamipun memutuskan untuk jalan-jalan ke Monas! Iya, seriusan akhinya saya ke Monas, hehehe.



Duh, saya merasa ndeso banget, ternyata Monas itu keren ya untuk first-timer kayak saya ini. Selama ini kalau saya lihat dari televisi, kesannya biasa-biasa saja, tapi ternyata dari lingkungan taman luarnya saja sudah luas dengan desain eksterior yang indah. Belum lagi pelataran Monas yang dipenuhi detail-detail pada dinding pagarnya.

Terus berjalan melalui lorong bawah tanah untuk sampai ke ruangan diorama sejarah Indonesia, dari kisah nenek moyang Indonesia yang seorang pelaut hingga kemerdekaan Indonesia. Keren abis.



Dinding marmer dengan lukisan peta Indonesia ini juga menarik perhatian saya dan rasanya nasionalisme saya tergugah; wah parah, ternyata Monas semewah ini dalamnya?


Antrian untuk naik lift menuju puncak Monas sangat padat dan katanya memang selalu padat. Oiya, sempat lupa, untuk memasuki Monas saya membeli kartu topup Jakarta One, karena nantinya biaya-biaya tiket akan didebet dari kartu tersebut.

Tenang saja, biasa untuk masuk Monas cukup terjangkau kok, hanya di kisaran 10 ribu saja. Namanya juga tempat wisata edukasi, jadi harus terjangkau juga terutama untuk anak-anak sekolah, ya ngga sih.

Sampai tiba giliran saya menuju puncak Monas, wuih walaupun ruangan puncak Monas itu kecil, namun sungguh memberikan pengalaman yang berkesan, hehehe. Maaf ya kalau uda gede gini saya baru ngunjungin Monas.

Sayapun sempat mengabadikan beberapa gambar dari puncak Monas, seperti foto di bawah ini contohnya. 




Sayang, saya tidak sempat menyaksikan pertunjukan Dancing Fountain karena memang terbatas waktu untuk segera pulang ke Bandung. Semoga ke depannya saya bisa berkunjung ke Monas saat malam untuk melihat secara khusus air mancur menarinya, hehehe.


Teman-temin bagaimana? Sudah pernah ke Monas? Atau malah udah bolak balik?
Friday, May 24, 2019 4 comments

Halo teman-temin, ini adalah tulisan pertamaku semenjak menikah. Ciyee, ciyee, jadi istri! Yah, belakangan saya juaraangg banget nulis blog karena dari awal tahun kemarin sempat sibuk dengan segala persiapan pernikahan, rencananya kalau foto-fotonya sudah siap saya mau bikin tulisan terpisah ya!

Nah, sekarang kita kembali ke topik tentang Kerasilk ini. Kenapa sih saya memutuskan untuk melakukan treatment Kerasilk? Padahal sebelumnya saya sudah mantap banget dengan smoothing. Yah, tidak lain karena rekomendasi teman dan iklan-iklan yang berseliweran di media sosial.

Apa sih Treatment Kerasilk?

Berbeda dengan Hair smoothing, yang mana rambut akan menyerap obat dan menjadikan tekstur rambut menjadi lurus semi-permanent (kecuali dipotong), Kerasilk ini merupakan bentuk perawatan rambut, dimana rambut dilapisi dengan keratin. Nantinya kalau pengaruh keratin di rambut sudah habis, ya, rambut akan kembali seperti semula - bahkan tidak menunggu sampai dipotong. Kalau aslinya rambutnya ngembang, ya balik ngembang lagi.

Keratin sendiri merupakan protein alami yang banyak ditemukan pada rambut, gigi, dan kuku manusia. Keratin berperan dalam menjaga rambut tetap sehat dan berkilau. Namun, seiring pertambahan usia dan gaya hidup yang buruk, produksi keratin dalam tubuh menurun dan mengakibatkan rambut menjadi kusam, rusak, dan sulit diatur.

Kenapa saya memilih Treatment Kerasilk?

Mengetahui treatment Kerasilk ini tidak bertahan lama, sebenarnya saya agak galau ketika memutuskannya. Tapi, embel-embel "Lurusnya Kerasilk itu lebih alami dibandingkan Hair smoothing," membuat iman saya kuat dalam melakukan Kerasilk, hahaha. Yah, kalau kata teman saya yang sudah lebih dulu melakukan Kerasilk, memang dia bilang, hasilnya membuat rambut lebih lemas, tergerai alami ngga kayak robot.

Ini penampakan rambut saya sebelum Treatment Kerasilk?

Ngembang dan jujur saya capek banget kalau harus nyatok rambut tiap hari. Duh, rasanya pengen dibotakin. Jadinya hari-hari saya cuma ngegulung  rambut sampe jadinya ikal kayak tampilan di atas, hahaha. Ngga banget deh. Apalagi kalau dikatain "Masa newly wed rambutnya lusuh gitu?" Duile.

Rangkaian Treatment Kerasilk yang saya Jalani

Saya melakukan treatment Kerasilk di  Jhouse Salon (by Robert), lokasinya di daerah Ciateul. Untuk kondisi rambut saya yang relatif tebal (walaupun panjangnya hanya sebahu), saya mendapat harga di kisaran satu jutaan (itu sudah dapet diskon 30 persen, padahal).

Sempat mikir, nih harga overpriced atau bagaimana ya? Ternyata memang obat Kerasilk itu mahal sekali, cyinn.

Salon ini menggunakan rangkaian obat dari Goldwell. Saya sempat ditawarin shampoonya seharga 400 ribu, tapi saya masih belum beli - mikir-mikir dulu, siapa tau ada shampoo Keratin lain yang lebih murah (Hahaha, anaknya itungan).

Durasi treatmentnya sekitar 2,5 jam - jadi kalau teman-temin mau melakukan Kerasilk, pastikan untuk menyediakan waktu secara khusus. Dan pastikan selama tiga hari ke depan tidak melakukan aktifitas berat yang bikin kulit kepala cepat gatal dan berminyak. Iya, karena kita nantinya bakal dilarang keramas selama tiga hari ke depan dan tidak disarankan pakai helm dulu, hihihi!




  1. Rambut saya dicuci, namun tidak sampai digosok keras. Katanya sih menjaga agar kulit kepala tidak perih saat diberi obat.
  2. Rambut saya diberi obat (campuran 1:1 Keratin Shape dan Keratin Smooth dari Goldwell). Caranya dengan mengguunakan kuas dan dioleskan ke batang rambut secara berlapis (kayak lagi ngecat rambut aja).
  3. Setelah itu rambut saya didiamkan 25 menit menggunakan accelator heater seperti gambar di atas.
  4. Setelah 25 menit, rambut saya - tanpa dibilas, langsung dicatok lapis demi lapis. Katanya bagian ini agar obat Keratin menempel di rambut. Proses yang ini tidak nyaman banget, karena obat keratin pada rambut yang dicatok langsung berasap dan asapnya bikin batuk! Mana lagi asisten yang ngerjain rambut saya (ada dua orang) berasa lagi kejar setoran, buru-buru banget narik rambutnya. Beberapa kali catoknya mengenai kulit kepala saya dan mereka cuek aja. Yang ngeselin, salah satu asistennya menyadari saya terbatuk-batuk karena memang arah catoknya membuat asap keratinnya langsung mengenai hidung dan pernapasan saya, eh dia malah ketawa bukannya minta maaf (Misal, "Maaf ya, ini memang obatnya bau" atau inisiatif cari arah lain), dia malah ketawa doank. Bener-benar ngga punya manner.
  5. Setelah acara nyatok beres (thanks, God!), kembali rambut saya dikeringkan dengan blue ray hair dryer sebelum akhirnya dibilas.
  6. Setelah dibilas, rambut saya diberi serum (again, dari Goldwell) sebelum kembali dicatok tapi tidak seintens sebelumnya.
  7. Sudah! Treatment selesai.


Ini penampakan rambut saya yang dicatok sebelum dibilas. Jadi obat keratinnya masih nempel.


Hasil Treatment Kerasilk

Ini dia penampakan rambut saya yang terbaru setelah menjalani perawatan Kerasilk. 

 

So far, saya suka dengan hasilnya yang memang terkesan lurus alami. Wangi produk Goldwell juga cukup enak kalau buat saya. Rambut saya tergerai dengan lembut ngga kayak sebelumnya yang tebal ngembang susah diatur.

Sekarang sih saya masih nyari pilihan shampoo yang lebih murah (mungkin dari Shiseido) tapi kalau mentok, bisa jadi saya mau cari Goldwell tapi yang harga grosir aja ah, hahaha.

Untuk ke depannya, kayaknya saya belum ada rencana lagi untuk di Kerasilk ah, kalau mau diluruskan lagi sepertinya saya masih memilih untuk hair smoothing saja untuk hasil yang lebih permanent.


Disclaimer: Postingan ini merupakan review jujur pengalaman saya tanpa ada kerjasama dengan pihak ketiga baik yang nama/brand-nya sempat disebut dalam tulisan ini. Saya melakukan treatment Kerasilk tanpa disponsori pihak manapun.

Sampai bertemu di tulisan berikutnya!





Thursday, May 23, 2019 2 comments

Terletak di daerah tropis laut Andaman, kesempatan mengunjungi Langkawi memberikan pengalaman baru tersendiri buat saya. Yeap, di Langkawilah saya pertama kali menyusuri hutan bakau di tengah laut antara Malaysia dan Thailand. Keren!

So, ada apa aja di Langkawi?

Selain Sky Bridge dan Sky Cab Langkawi di Gunung Machinchang yang populer itu, teman-temin bisa mengunjungi tempat menarik lainnya; Pantai Cenang, Langkawi Underwater World, Mahsuri's Masoleum (Makam Mahsuri), Telaga Tujuh Waterfalls, Buffalo Park dan Field of Burnt Rice ( Beras Terbakar).

Dan, sst, ternyata di Langkawi ini saya pertama kali merasakan naik kapal pesiar mini (iya, tidak sebesar kapal-kapal pesiar yang singgah ke luar negeri), kapal pesiar yang saya naiki hanya berlayar putar-putar selama tiga jam sambil menyaksikan sunset.

Yeap, kesempatan naik kapal pesiar itu saya dapatkan dari paket menginap di Resorts World Langkawi, sebuah resor di Langkawi yang berdiri sejak 1997. Ya, kala itu saya tergoda dengan paket menginapnya yang menawarkan perjalanan pesiar dengan harga yang cukup murah per orangnya, hehehe.

Bergaya arsitektur mediterania, resor ini hanya berjarak 15km dari bandara Langkawi, dan dapat dicapai dalam 25 menit menggunakan kendaraan.


Resor ini memiliki total 211 kamar. Dengan beragam pilihan pemandangan yang bisa dipilih; panorama taman hijau nan subur atau pemandangan laut biru langit.

Jenis kamarnya ada Standard Seaview, Premier dan Premier. Untuk yang lebih eksklusif teman-temin juga bisa memilih di tipe Suite Premier, Suite Signature, dan Suite Presidential.

Beruntung, saya mendapat kamar dengan pemandangan langsung ke laut, wuih seru banget. Hanya saja, sayang, saat saya kesana cuaca pagi harinya lagi mendung, jadi setiap bangun pagi agak suram pemandangannya, hahaha.




Di Resorts World Langkawi terdapat banyak fasilitas yang dijamin bakal memanjakan setiap tamunya; kolam renang (dua kolam renang untuk anak-anak dan satu untuk orang dewasa), gym, meeting room, ballroom, juga layanan spa dan massage.


Untuk kualitas makanannya, tidak perlu diragukan. seperti hotel pada umumnya, Resorts World Langkawi menjamu tamunya dengan aneka pilihan hidangan buffet yang menggoyang lidah.

Foto di atas adalah ketika saya sedang menikmati sore hari sambil menyeruput koktail, suedaaapp mantap. Nah, setiap harinya Resorts World Langkawi ini membuka layanan Sunset Dinner Cruise, dimana tamu bisa menikmati pemandangan matahari terbenam dari atas kapal.

Nih, kapalnya, relatif kecil sih memang, tapi lumayan buat seru-seruan.


Jadi kami berlayar jam 5 sore, kapal akan bergerak ke tengah laut sampai kembali ke sisi hotel jam 8 malam. Tadinya saya mau bikin timelapse, sayang, saya tidak bawa tripod, hahaha.

Di dalam kapal, bersama para penghuni hotel lainnya, kami disuguhkan hidangan barbekyu dan minuman koktail. Sambil diiringi lagu-lagu pembangkit semangat, para tamu bebas menggunakan jacuzzi di kapal atau mau berenang di laut (nantinya kapal sempat berhenti dan menyediakan jaket pelampung bagi yang membutuhkan).

Asli, seru banget buat yang ingin pesiar ala-ala, hehehe.





Wednesday, May 22, 2019 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me




Halo, selamat datang di blog saya. Nama saya Yosefien Moudy - biasa dipanggil 'Noniq'. Semoga teman-temin mendapat informasi yang dibutuhkan, kalau masih ada pertanyaan, boleh langsung menghubungi saya, cheers.

Follow Me

Labels

Beauty Culinary Travel

recent posts

Blog Archive

  • ►  2021 (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2019 (18)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ▼  May (3)
      • Pertama Kali Ngebolang ke Monas!
      • Pengalaman Kerasilk di Jhouse Salon (by Robert) Ba...
      • Menikmati Sunset Dinner Cruise di Resorts World La...
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (33)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (7)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (5)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2017 (65)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (5)
    • ►  August (6)
    • ►  July (4)
    • ►  June (5)
    • ►  May (8)
    • ►  April (10)
    • ►  March (5)
    • ►  February (6)
    • ►  January (5)
  • ►  2016 (84)
    • ►  December (11)
    • ►  November (4)
    • ►  October (13)
    • ►  September (9)
    • ►  August (8)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (7)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)
  • ►  2015 (68)
    • ►  December (4)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (7)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (6)
    • ►  May (7)
    • ►  April (7)
    • ►  March (4)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2014 (56)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (2)
    • ►  April (10)
    • ►  March (9)
    • ►  February (7)
    • ►  January (5)
  • ►  2013 (50)
    • ►  December (6)
    • ►  November (7)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (12)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (1)
  • ►  2012 (33)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (8)
    • ►  July (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (5)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)

Created with by ThemeXpose